Senin, 23 Mei 2011

Buku Tentang Lukisan Djadoel Antik Tjitro Waloeyo


Pelukis Tradisional Tjipto Waloeyo
Lukisan karya almarhum Tjitro Waloeyo unik dan antik. Ia menggambarkan jalan mencapai kekayaan, sementara Tjitro hingga meninggalnya tidak pernah kaya. Ia tetap seorang tua yang sederhana, di rumahnya yang sederhana, di Mijipinilihan, Joyopakan RW 02
RT 01 no. 14 Surakarta - Jawa Tengah.

Bukan hanya kekayaan yang tidak kunjung datang kepada Tjitro, isteripun tidak punya, walaupun sudah berganti hingga 2 kali. Istri pertamanya boros dan suka main kartu, isteri keduanya tidak cocok dengan anak tirinya.

Akhirnya Tjitro Waloeyo tinggal dirumahnya yang sederhana bersama anak perempuan semata wayang : Wagiyem. Ia sangat mencintai keluarganya, siap mengorbankan segalanya buat anak cucu.

Tjitro tinggal dikamarnya yang penuh kertas-kertas hingga ke tempat tidurnya yang sempit. Kertas-kertas itulah kanvas lukisannya. Tapi ironisnya, hingga meninggalnya, tak ada satupun lukisan Tjitro yang tersisa. Keluarganya tidak memiliki apa-apa selain kenangan atas bapak dan kakek yang penyayang itu.

Tjitro Waloeyo pelukis tradisional Solo biasanya selalu hadir di stand sekatenan, menunggui dagangannya lukisan-lukisan dari kertas dan karton. Ia kini telah tiada, namun lukisannya masih dikoleksi oleh beberapa seniman yang menyukainya.

Lukisan Tjitro Waloeyo berkisar pada legenda, seperti Joko Tarub, Nabi Sulaiman dll. Ada juga lukisan pemandangan alam desa jenis Mooi Indie (Hindia Molek). Tapi yang paling mengesankan adalah lukisan tentang Pesugihan. Pesugihan adalah jalan menjadi kaya menurut kepercayaan orang Jawa. Intinya adalah bersekutu dengan mahluk halus, mengadakan perjanjian tertentu demi mencapai kekayaan. Kekayaan terlarang (Verboden Rijkdom - kata Dr. G.W.J. Drewes) seperti inilah yang digambarkan oleh Tjitro Waloeyo.


Siapakah Tjitro Waloeyo ?

Lahir tahun 1912 dan berkarya di Mijipinilihan, Joyotakan Surakarta bagian selatan hingga hari tuanya dan meninggal 1990. Selain pernah berpameran di Bentara Budaya Yogyakarta tahun 1982, dia sampai tahun 1987 setiap tahun masih setia mengisi stand bursa pameran di Sekaten Solo.



Lukisan Pesugihan Buto Ijo
Lukisan Tjitro Waloeyo tentang Pesugihan Buto Ijo. Orang yang menganut ilmu pesugihan Buto Ijo akan memiliki sebuah kamar khusus untuk menerima sang raksaksa hijau tersebut setiap 35 hari (selapan hari) sekali. Tapi kalau dimasuki, didalam kamar tersebut hanya ada sebongkah batu padas (wungkal) besar yang diikat dengan rantai. Yang mengharukan adalah bila saat jatuh temponya, si pemelihara buto ijo ini harus berpisah dengan anaknya untuk diantar kepada Buto Ijo. Pada hari yang ditentukan ia akan membawa anaknya kepasar (kalau sekarang mungkin ke Mall), dan dibiarkan untuk memilih barang apa saja yang diinginkan. Setelah itu ia akan dibawa ke pantai selatan pulau jawa di Jawa Timur. Disana ada sebuah tempat Punden atau Petilasan yang ditunggui oleh seorang juru kunci. Anak ini akan diciumi oleh kedua orang tuanya sebagai ciuman terakhir mereka, sebelum akhirnya buah hati itu ditinggal untuk makanan sang Buto Ijo


Lukisan Pesugihan Lintah Kadut
Lukisan berjudul Pesugihan Lintah Kadut. Lukisan ini menggambarkan orang yang menganut ilmu Lintah Kadut dalam mencapai kekayaannya. Setiap selapan hari (35 hari) akan datang kerumahnya sepasang lintah. Ia harus menyediakan sebuah kamar khusus untuk sang lintah. Disana selama setengah jam, darahnya akan dihisap oleh sepasang lintah yang cukup besar dan ditempelkan ke leher atau dadanya. Setelah selesai ia akan keluar kamar dengan wajah yang pucat karena hampir 50 persen darahnya telah terhisap sepasang lintan kadut. Tapi uang akan segera berdatangan dengan mudah. Demikian berlangsung terus sepanjang hidupnya hingga suatu saat dia akan mati karena kehabisan darah.


Lukisan Bulus Jimbung
Lukisan Tjitro Waloeyo yang berjudul Bulus Jimbung menggambarkan orang yang menganut ilmu pesugian Bulus Jimbung. Caranya adalah dengan datang kesuatu tempat didaerah Klaten, sekitar Rowo Jombor. Disana ada sebuah kolam tempat seekor bulus berkecimpung. Disana ada seorang juru kunci. Setelah menemui juru kunci dan menerima penjelasan syarat dan konsekuensinya, si pemohon kekayaan akan disuruh menceburkan diri ke dalam kolam. Bila sudah dijilat binatang bulus, atau telah menyentuh air, kulitnya akan belang keputihan. Hal ini menandakan tujuannya sudah tercapai. Ia boleh pulang kerumahnya dan menikmati kekayaan yang datang terus seperti belang pada kulitnya yang semakin melebar. Bila belang tersebut telah menutupi sekujur tubuhnya, matilah orang tersebut ....


Lukisan Kandang Bubrah
Dalam lukisan Kandang Bubrah (Kandang buyar / cerai berai) ini almarhum Tjitro Waloeyo menggambarkan jalan mencapai kekayaan dengan cara Kandang Bubrah. Orang yang menganut ilmu pesugihan kandang bubrah punya kebiasaan aneh yaitu suka merubah-rubah (merenovasi) rumahnya. Terkadang bangunan yang sudah bagus dibongkar untuk kemudian dibangun kembali. Penganut ilmu Kandang Bubrah bila mati akan menjadi bagian dari sebuah bangunan yang terbuat dari tubuh manusia. Seluruh bagian rumah itu terbuat dari anggota tubuh manusia yang sudah mati, penganut Ilmu Pesugihan aliran Kandang Bubrah ....


Lukisan Jaran Penoleh
Pesugihan Jaran Penoleh berasal dari daerah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Disana ada petilasan (tempat bersejarah) aatau punden (tempat yang dipuja-puja) berupa makam kuda. Disini ada juru kunci (orang yang merawat makam keramat). Juru kunci ini merupakan penghubung antara setan dengan orang yang mencari kekayaan. Setelah berhasil melakukan perjanjian dengan setan si pencari kekayaan akan pulang kerumahnya dan menyediakan satu kamar khusus untuk setan kuda tersebut. Pada setiap hari tertentu (misalnya Jumat Kliwon), si pencari kekayaan akan masuk kedalam kamar tersebut kemudian setelah melakukan ritual tertentu ia akan bertingkah seperti seekor kuda, lengkap dengan suara ringkiknya yang mendirikan bulu roma. Itu berarti dia telah kerasukan setan kuda. Tingkahnya pun akan seperti kuda, Kakinya akan dihentakkan ke lantai hingga hancur tegelnya. Hal itu berjalan sepanjang malam hingga pagi tiba. Selesailah ritual pesugihan Jaran Penoleh, dan keluarlah si pencari kekayaan dari kamarnya dalam keadaan letih. Tapi kekayaan akan segera datang ...
Kegiatan semacam itu akan berjalan terus sepanjang hidupnya, hingga suatu saat dia sudah tidak kuat lagi menjadi kuda satu malam, berarti kematian segera tiba ...... Ia akan mati dengan kepala menoleh kebelakang, tanpa bisa ditolehkan kedepan lagi. Keluarganya akan menanggung malu akibat bisik-bisik tetangga yang menggunjingkan aib tersebut, dan kekayaanpun akan segera menghilang pula ....

Pesugihan Uler Jedhung


Pesugihan Tuyul


Pesugihan Tuyul


Pesugihan Nyi Blorong


Pesugihan Kodok Ijo a


Pesugihan Kodok Ijo


Pesugihan Kijing Wilangan



Buku berjudul : Tjitro Waloeyo Pelukis Tradisional
Tebal Buku : 76 halaman
Harga Buku : Rp 50.000,- belum ongkir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.